Cerpen (Tugas Bahasa Indonesia)

HANYA HITUNGAN MENIT

Bismillahirrohmanirrohim.. Assallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Sebelum waktu shubuh tiba gadis itu sudah siap-siap untuk pergi ke salon bersama adik laki-lakinya. Sang penata rias telah menunggu didepan pagar rumahnya. Akhirnya Risa tiba di salon mbak Mia. Dengan senyum yang lembut mbak Mia menyuruhnya masuk dan memberinya secangkir teh hangat. Ternyata pagi itu adalah hari pernikahannya dengan laki-laki berdarah sunda. Dengan cekatan mbak Mia mempersiapkan peralatan yang akan digunakannya untuk merias. Tak butuh waktu yang lama untuk mbak Mia merias wajah Risa yang memang kelihatannya sudah cukup cantik. Dengan goresan make up yang sederhana tetapi terlihat berkesan itulah hasil dari riasan pagi itu.
“ Wah hidungku terlihat mancung ya mbak, mataku juga jadi terlihat lebih tajam” ujar Risa dengan raut muka berseri-seri. “ Ya memang begitu Ris kalau mau jadi pengantin ya harus manglingin yang ngeliat” ujar mba Mia dengan senyum tipis. Kebaya putih serta rok batik telah dikenakan Risa, jilbab putih dengan sanggul dikepalanya pun sudah ditata rapih oleh mbak Mia, hanya butuh satu setengah jam untuk merias semuanya.
Kemudian pulanglah Risa dengan diantar adik laki-lakinya. Sesampainya dirumah sudah banyak keluarga dari sang ibu yang menunggunya dirumah. Banyak yang mengatakan “ Waduh neng kamu cantik banget loh aku sampai pangling”. Lalu ibunya menyuruh Risa untuk duduk di bangku yang telah disediakan sembari menunggu orang yang menjemputnya ke daerah Cibubur.
Pukul 08.00 WIB telah tiba, tapi orang yang ditunggu tak kunjung datang padahal Risa sudah berias dari jam 5 pagi. Perasaannya sudah mulai kesal dan bosan, kepalanya mulai terasa berat karena sanggul yang dipakainya. Sang ibu serta para tantenya mencoba menenangkan perasaan Risa.
Sejam berlalu dan sekarang tibalah pukul 09.00 WIB, terdengar suara mesin mobil didepan rumahnya, benar saja ternyata sang ajudan telah menjemput Risa untuk menuju KUA di Cibubur. Risa melihat ibunya belum berdandan seperti para tantenya. “Ibu ikut melihat aku akad kan bu?” tanya Risa dengan suara lembut. “Maaf nak, ayah tirimu menolak jika ibu ikut dalam perjalanan akadmu di Cibubur, sebab kalau ibu ikut pastilah ibu bertemu dengan Ayah kandungmu, lelaki yang sangat dicemburui oleh Ayah tirimu” jawab sang ibu dengan suara lirih. Air mata Risa pun pecah ia tak bisa membayangkan disaat akad nilkahnya berlangsung tidak disaksikan oleh sang Ibu tercinta.padahal itu keinginan terbesarnya sebelum Ibunya sembuh dari penyakit yang dideritanya beberapa waktu yang lalu.
Risa pun tak tinggal diam, ia segera berbicara kepada Ayah tirinya agar memeberikan izin ibunya untuk ikut melihat akad nikahnya. Lalu apa yang terjadi dengan Pak Herman (ayah tiri Risa), ia menepis semua piring yang ada dihadapannya tatkala mendengar Risa meminta izin untuk ibunya. “Saya tidak akan pernah memberikan izin kepada ibumu untuk bertemu dengan ayah kandungmu dimanapun itu berada, saya juga tidak memberimu izin untuk melakukan akad nikah dirumah ini dikarenakan saya tidak pernah rela rumah ini diinjak oleh ayah kandungmu!” Ujar Pak Herman dengan nada gaduh dan marah. Kesedihan Risa makin memuncak. Akhirnya Risa langsung bergegas menuju mobil yang sudah lama menunggu didepan rumahnya. Masuklah Risa dengan kedua tantenya kedalam mobil. Suasana dirumah semakin gaduh, pertengkaran sengit antara Ibu Risa dan Ayah tiri Risa semakin membuat suasana rumah semakin panas.
Mereka memang sudah terbiasa bertengkar didepan anak-anak mereka serta didepan sanak saudara. Sudah tidak mempunyai rasa malu sepertinya. Usia yang sudah melampaui kata matang sepertinya tidak menjadi bahan pelajaran untuk diambil hikmahnya. Karena ke egoisan satu sama lain akhirnya hak anak untuk bahagia terenggut. Bagaimana pandangan dari calon mempelai laki-laki atas semua hal itu. Hal tersebut tidak lagi terfikirkan oleh kedua orang tua Risa sekarang.
Akad nikah pun berlangsung hikmad, 5 kali gagal mengatakan ijab qabul akhirnya yang ke 6 kalinya berhasil. Gunawan sang mempelai laki-laki sangat gugup rupanya, maklum karena ini hal yang dilakukannya pertama kali dalam hidupnya. Kata syukur terucap dari semua bibir yang menyksikan akad nikah tersebut. Risa pun beranjak dari tempat duduknya dan ia permisi untuk menuju salah satu toilet di KUA tersebut. “Maaf mas aku ingin izin ke toilet sebentar, rasanya aku ingin buang air kecil” ujar Risa dengan nada lemas dan muka yang pucat. Gunawan pun menawarkan untuk mengantar Risa namun Risa menolaknya dengan halus.
20 menit berlalu Risa tak kunjung kembali dari toilet, semuanya bertanya-tanya apa yang dilakukannya sehingga 20 menit untuk buang air kecil saja tidak cukup. Sembari mengurus buku nikah Gunawan dengan cekatan menandatangani semua buku yang akan menjadi miliknya tersebut. Tantenya Risa langsung menghampiri Risa ke toilet dan tantenya juga tidak mendapatkan Risa disana.
Setelah berlalu lalang memeriksa semua toilet yang ada, akhirnya kaki tantenya pun berhenti sejenak tatkala di mushola dekat KUA tersebut terlihat kerumunan orang-orang. Dengan hati yang penasaran akhirnya ia menuju kedalam mushola tersebut, benar saja ternyata orang-orang yang berkerumun disana sedang memastikan bahwa perempuan dengan kebaya putih tersebut yang tengah bersujud melakukan sholat dhuha apakah masih bernyawa atau tidak, sebab mereka mengira perempuan itu telah tiada setelah lama bersujud hampir 20 menit. Tantenya pun langsung berteriak histeris tatkala digulingkannya perempuan berkebaya tersebut adalah keponakannya yang baru saja resmi menjadi seorang istri dari Gunawan. Hatinya sangat kaget bukan kepalang, matanya tak berhenti menangis sambil memeluk Risa. Ia tak pernah mengira hari ini adalah pertemuan terakhirnya yang sangat mengesankan. Tidak ada firasat apapun dengan kepergiannya, yang ia tahu Risa ingin ibundanya ikut melihat acara akad nikahnya.
Tak lama kemudian Gunawan mendapati informasi tersebut dari orang-orang disekitar KUA. Tubuh tegapnya langsung mendadak lemas setelah ia dapati sang istri yang baru saja dinikahinya tersebut sudah tidak bernyawa, perasaan kecewa yang sangat mendalam harus dirasakannya, semua orang yang ada di sekitar mushola tersebut mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya. Gunawan masih tidak percaya dengan semua ini, ia lantas membawa Risa ke rumah sakit terdekat. Ternyata dokter memvonis Risa memang sudah tiada akibat penyakit jantung koroner yang dideritanya sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Gunawan tidak dapat berbuat apa-apa selain mengikhlaskan semua yang terjadi, siapa sangka pelaminan, tenda serta masakan yang akan dihidangkan untuk para tamu kini sirna seketika.
Sampai dirumah Risa, semuanya terkejut mendapati mobil ambulance yang tiba bukan mobil yang tadi pagi menjemput Risa. Dengan terkejut ibunda Risa mendapati nyawa sang putri satu-satunya sudah tidak bernyawa. Tantenya pun menceritakan kronologi kejadian dan sang ibu tak henti-hentinya menangis dan menjerit. Ayah tiri Risa mengaku menyesal atas semua kejadian ini, ia tak menyangka permintaan anaknya tadi pagi adalah permintaan terakhir. Ia pun segera meminta maaf kepada semua yang ada dirumah tersebut.
Tenda berwarna putih tersebut akhirnya harus dicopot dan digantikan dengan tenda biasa, serta pelaminan yang sudah dihias juga harus dibongkar, semuanya memang tak pernah menyangka bahwa acara pesta pernikahan tersebut harus berubah menjadi acara pemakaman yang sangat meneyentuh hati. Tapi Gunawan bangga dengan Risa karena dipenghujung hidupnya ia mampu untuk meninggal dengan keadaan khusnul khotimah, begitu juga dengan sang ibu tercinta tak henti-henti bersyukur karena anaknya meninggal dengan keadaan yang sangat baik.
Setelah beberapa bulan Risa pergi, Gunawan akhirnya mendapatkan seorang istri pilihan dari ibunda Risa. Hari-harinya diisi dengan suka cita. Anak pertamanya pun lahir. Begitu bahagianya keluarga kecil mereka. Kini sang Ayah tiri dari Risa pun sudah mengubah perilaku kasarnya semenjak kepergian Risa. Akhirnya mereka menjadi keluarga besar yang selalu mendekatkan diri kepada Allah Subhanahuwata’ala.

Sekian, dan Terima kasih semoga pembaca yang budiman dapat memetik hikmah dari kisah tersebut, jika ada kata-kata yang kurang berkenan mohon dimaafkan, Wassallammualaikum warahmatullahi wabarakatuh 

Tinggalkan komentar